Jepang, negara yang dikenal dengan warisan budayanya yang kaya, kemajuan teknologi, dan masakan yang eksotis, menyambut jutaan turis setiap tahunnya. Baik Anda berencana untuk mengunjungi taman-taman yang dipenuhi bunga sakura di Kyoto, menyelami pemandangan neon yang mempesona di Tokyo, atau menjelajahi pemandangan alam Hokkaido yang memukau, sangat penting untuk memahami adat istiadat dan regulasi negara tersebut. Salah satu aspek yang sering menarik minat para traveler adalah Barang Makanan yang Dibatasi oleh Bea Cukai Jepang. Dengan kata lain, pertanyaan yang biasanya muncul termasuk, “Apakah saya bisa membawa makanan ke dalam Jepang?” dan “Item makanan apa saja yang diperbolehkan?” Mari kita telusuri pertanyaan-pertanyaan ini secara detail.”
Seperti banyak negara lain, Jepang memiliki regulasi karantina yang ketat untuk melindungi lingkungan dan pertaniannya. Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, bersama dengan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, menerapkan aturan mengenai membawa makanan ke dalam negara. Tujuan dari regulasi ini adalah untuk mencegah masuknya hama dan penyakit asing yang berpotensi merugikan tanaman lokal, ternak, dan kesehatan manusia.
Sebagai aturan umum, makanan olahan seperti cokelat, permen, kue kering, dan barang kalengan biasanya diizinkan masuk ke Jepang. Jika Anda ingin membawa mie instan, umumnya juga diizinkan, tetapi harus tidak mengandung bahan daging atau telur dalam sup atau bumbunya.
Jika mengandung, mereka harus mematuhi kondisi impor Jepang yang ketat, yang mungkin termasuk proses pengolahan panas tertentu.
Teh, kopi, dan item makanan lainnya yang dikeringkan, dipanggang, atau diolah biasanya juga diizinkan, asalkan mereka sepenuhnya disegel dan untuk penggunaan pribadi.
Anda diizinkan membawa semua jenis produk ikan dan makanan laut yang dapat dimakan, termasuk salmon asap dan ikan kering, ke Jepang tanpa perlu karantina. Produk susu seperti mentega, keju, krim, dan susu juga diizinkan, tetapi total berat gabungan tidak boleh melebihi 10 kilogram. Aturan ini juga berlaku untuk yoghurt dan minuman bakteri asam laktat.
Anda bebas membawa beberapa jenis kacang dan rempah-rempah seperti almond, kacang mete, kelapa, pistachio, kenari, merica, dan biji makadamia kering (kecuali untuk tujuan budidaya) ke Jepang. Namun, item-item ini harus dinyatakan, tetapi mereka tidak memerlukan sertifikat inspeksi.
Jepang memiliki regulasi ketat terhadap pembawaan beberapa makanan tertentu, terutama produk segar dan produk hewan.
Buah-buahan dan sayuran segar umumnya dilarang karena risiko memperkenalkan hama berbahaya dan penyakit tanaman. Demikian pula, produk daging, termasuk daging mentah dan olahan, tidak diizinkan karena kekhawatiran tentang penyakit seperti penyakit mulut dan kuku serta flu burung.
Pembawaan produk susu dari negara tertentu juga dibatasi karena kekhawatiran atas Ensefalopati Spongiform Bovina (BSE), yang umum dikenal sebagai penyakit sapi gila.
–
Beberapa buah dan sayuran dapat dibawa masuk, tetapi mereka memerlukan sertifikat inspeksi. Ini termasuk:
Ketika datang ke jenis-jenis jamur tertentu seperti Matsutake, Borcini, dan truffle, tidak ada kebutuhan untuk sertifikat inspeksi.
Meskipun Anda yakin bahwa makanan yang Anda bawa sesuai dengan regulasi, sangat penting untuk mendeklarasikan semua item makanan saat kedatangan. Jika Anda gagal mendeklarasikan produk makanan, Anda bisa dikenakan denda atau, dalam beberapa kasus, menghadapi tuntutan pidana.
Selain mengisi formulir deklarasi, Anda juga mungkin diwajibkan untuk melalui inspeksi karantina di mana bagasi Anda akan diperiksa. Jadi, disarankan untuk mengemas item makanan dengan cara yang memudahkan pemeriksaan.
Aturan untuk membawa makanan ke Jepang terperinci dan terkadang kompleks. Mereka juga dapat berubah berdasarkan wabah penyakit pertanian di berbagai bagian dunia.
Kesimpulannya, meskipun mungkin untuk membawa makanan tertentu ke Jepang, sangat penting untuk memahami item makanan yang dibatasi oleh bea cukai Jepang dan prosedur untuk memastikan perjalanan yang lancar dan menyenangkan. Kepatuhan terhadap regulasi lokal tidak hanya menjaga ekosistem unik Jepang dan kesehatan publik tetapi juga memperkuat rasa saling menghormati yang menjadi dasar perjalanan internasional.